Tag

,

Pada dasarnya, saya bukan orang yang suka belanja….kalau gak punya uang :p hehehe eh tapi beneran, saya memang bukan orang yang suka belanja. Tapi sekalinya belanja suka bablas gak mikirin harga (berasa uangnya gak berseri. Padahal…).

Pertama kali saya bekerja, saya sudah mulai membuat jurnal untuk pengeluaran bulanan saya dan mulai menabung walaupun saat itu nyaris tidak mungkin bisa karena gajinya juga hanya cukup untuk sewa kost, ongkos kopaja dan beli sarapan nasi uduk hahaha. Untuk urusan belanja keperluan pribadi seperti baju kerja, tas, sepatu dll, saya punya budget hanya sebulan sekali or dua bulan sekali, bahkan seringnya tiga bulan sekali dan yang mau dibelanjain juga harus sudah jelas. Misalnya, bulan ini perlu cari tas. Bulan depan perlu baju kerja, bulan depannya lagi perlu sepatu, bulan depannya lagi cari kado untuk ortu, dll.

Untuk kegiatan belanja tsb, tujuan tempat hanya satu biasanya yaitu ke M******i di daerah Senen. Udah paling bagus itu si M untuk saya karena pilihannya banyak dan harga juga masih bisa dijangkau lah apalagi kalau ada hari raya – hari raya tertentu dimana banyak s_a_l_e bertebaran & bikin happy.

Nah, lain dulu lain sekarang. Di era teknologi yang makin gila-gilaan ini, apa-apa jadi lebih mudah. Saya yang sudah jadi emak-emak dan hampir gak punya waktu untuk belanja ke mall, dimudahkan banget dengan adanya online shop yang bertebaran hampir di semua media online bahkan media sosial. Tambah lagi, ada beberapa online shop yang memberikan penawaran bisa menukar barang kalau size tidak sesuai, atau bentuk barangnya tidak seperti yang kita inginkan bahkan jaminan uang kembali.

Tapi dibalik kemudahan-kemudahan yang ditawarkan tersebut, ada hal yang mengkhawatirkan. Jangan dikira dengan tidak menyentuh barangnya secara langsung lalu nafsu belanja menjadi berkurang. Justru semakin menjadi-jadi. Paling tidak itulah yang saya rasakan akhir-akhir ini. Ngeliat barang apapun yang difoto dengan cantik, jadinya pengen, lalu tinggal klik untuk pembayaran dengan kartu kredit atau debet. Semuanya menjadi mudah. Mudah belanjanya, mudah juga jadi bokeknya hahahahay.

Maka itu, saya tidak mau meninggalkan kebiasaan saya membuat jurnal pengeluaran. Yaaaa walaupun terkadang seperti gak ngaruh, jurnal dibuat tapi belanja jalan terus (duh), apalagi saya dapet dukungan dari atasan yang sering ngasih motivasi gini “udah cape kerja, punya uang, masa mau beli barang yang dipengen juga harus mikir kelamaan sih? udah beli!”, nah loh hahaha.

Beruntungnya lagi, selain motivasi asik seperti itu, saya juga mendapat motivasi bijak dari lingkungan saya yang lain dimana saya diingatkan untuk berinvestasi kepada hal yang nantinya bisa membawa untung dan bukan sekedar pengeluaran.

Lalu apakah dengan motivasi-motivasi tsb keinginan belanja jadi berkurang? jawabannya: gak juga hahaha, tapi paling tidak saya jadi berpikir ulang sebelum membeli sesuatu dan harus bisa mengerem keinginan yang lain kalau memang tetep ingin beli barang tsb. Misalnya, saya naksir tas, eh tapi lagi perlu beli sepatu. Ya saya harus pilih, beli tas atau sepatu nih. Kalau pilihannya lebih berat ke tas, then sepatunya harus nunggu dulu, nunggu di sale maksudnya, karena si tas kan sale juga hahahaha.

Ah begitulah dilema saya karena kemudahan-kemudahan teknologi dalam berbelanja ini. Gak bisa dipungkiri kemajuan teknologi memang luar biasa, kalau kita hanya memanfaatkannya untuk sekedar menambah pengeluaran, sayang juga kan ya?! Puji Tuhan bisnis saya sudah on track, sudah dijalan yang benar, yaitu berbisnis dengan memanfaatkan teknologi, media sosial dan online. Semua menjadi lebih mudah..mudah bikin expenses hahaha, mudah juga cari peluang income tambahannya 😉

Kalau dirimu, apa kabarnya dengan dunia teknologi sekarang? Trus Harbolnas kemarin borong apa aja nih? Share dong 🙂